Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita menemukan orang yang panas dan
tidak tenang hatinya ketika melihat saudaranya, temannya, tetangganya atau orang
lain memperoleh suatu kenikmatan dunia. Bahkan, kemudian berharap agar
kenikmatan itu hilang atau hancur. Ia tidak senang dengan kebahagiaan orang
lain. Dalam Islam, sifat tercela ini disebut dengan hasad (dengki). Imam Al
chazali mendefinisikan hasad dengan “membenci suatu nikmat dan senang manakala
nikmat itu hilang dan pemiliknya” (lhya’ ‘Ulumuddin 111/277).
Bahaya hasad
Begitu besar bahaya hasad, maka Allah swt dalam ayat di atas
memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad saw untuk berlindung kepada Rabbul Falaq
(Tuhan yang Menguasai Subuh) dan kejahatan hasad. ini juga isyarat bahwa Nabi
saw dan siapapun yang menyeru kepada kebaikan (da’i) pasti ada yang memusuhinya
dan pasti ada yang hasad (dengki). Sementara ketenangan, ketenteraman,
keselamatan hanya dapat ditemukan ketika selalu berada dalam dekapan Rabbul
Falaq, Allah swt. Maka, ayat tersebut diawali dengan, Katakanlah: “Aku
berlindung kepada Tuhan Yang Menguasal Subuh” (QS Al Falaq [113]: 1).
Karena itulah, berdasarkan ayat tersebut para ulama bersepakat bahwa hasad
itu hukumnya haram. Di saat menafsirkan ayat di atas, Imam lbnul Qayyim
—rahimahullah- mengatakan, “Renungkan pembatasan Allah swt terhadap pelaku hasad
dengan firman-Nya “ldzaa Hasad” (apabila ia dengki). Sebab, boleh jadi seseorang
memiliki rasa hasad (terhadap orang lain), tetapi ia sembunyikan sehingga tidak
berdampak negatif secara langsung terhadap orang tersebut.
Hasan Al Bashri pernah ditanya, “Apakah seorang mukmin itu juga hasad? Beliau
menjawab, Apa engkau lupa apa yang terjadi pada saudara-saudara nabi Yusuf AS
(yang hasad terhadapnya) ..“ (Badaai’u’t Tafsir, V/423-424).
Artinya, penyakit ini bisa jadi menimpa seorang mukmin disaat imannya turun
dan lemah Juga didasari oleh larangan Rasulullah, “Jangan kalian saling
membenci, saling hasad dan salirg membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah
yang bersaudara” (HR Bukhari VIll/33). Bahkan, saking bahayanya, hasad dapat
mer— berangus dan menghapus pahala semua kebaikakebaikan seseorang yang telah
dibangunnya sekian lama.
Berarti shalat kita, puasa kita, sedekah kita, kerja dakwah kita, kebaikan
kita terhadap anak, istri da keluarga kita dan kebaikan-kebaikan lainnya yang
tela kita dirikan dalam kurun waktu yang sama, bisa hancur dalam waktu sekejap
hanya dengan hasad!
Rasulullah telah menegaskan hal itu denga sabdanya,
“Waspadalah kalian terhadap hasad. Sebab hasad itu memakan semua kebaikan
sebagaimana api yang membakar kayu bakar” (HR Abu Dawud no. 425
Sebab-sebab hasad
Ada banyak faktor yang meyebabkan seseorang jatuh
ke dalam hasad, di antaranya:
1. Kelapangan dunia dan berlomba-lomba
mengejar dunia
Ketika dunia dilapangkan dan dimudahkan manusia, sementara
mereka mengabaikan rambu-rambu syariat dalam berinteraksi dengan dunia, maka
dengamudahnya mereka terjerumus dalam pertarungan perebutan dunia yang
menggiringnyä kepada sifat hasad.
lnilah yang disindir oleh Rasulullah di hadapara sahabatnya, “Jika dibukakan
atas kalian baras- Persia dan Romawi (atau dengan bahasa lain; kalian
dimenangkan atas bangsa Persia dan Roma maka bagaimana sikap kalian?”
Abdurrahman : - Auf ra menjawab, “Kami akan mengucapkan syukur sebagaimana yang
Allah perintahkan kepada kami (yakni, kami akan memuji-Nya, bersyukur kepada-Nya
dan memohon kepada-Nya tambahan karunia-Nya)”. Rasulullah SAW lalu bersabda,
“Atau jangan-jangan tidak seperti itu. Tapi, kalian malah saling berlombalomba
berebut dunia, lalu kalian saling hasad, kemudian kalian saling membelakangi
(tidak bertegur sapa) den saling membenci atau yang semacamnya. Kalian lalu
pergi ke rumah-rumeh kaum muhajirin, kemudian saling bertengkar (gara-gara
dunia)” (HR Muslim no. 2962).
2. Melihat nikmat pada orang lain dan lupa kepeda Yang Memberi Nikmat
Terkadang ketika seseorang melihat nikmat pada orang lain yang melimpah,
sementara dia sendiri kekurangan dan tidak memilikinya, ia pun lupa kepada Yang
Memberi Nikmat, Allah swt. Ia lupa bahwa Allah membagi kenikmatan-kenikmatan
kepada para hambaNya dengan amat bijak. Ia lupa bahwa perbedaan kaya dan miskin
sama sekali tidaklah berarti kecuali dengan takwa. Jika seseorang lupa semua mi,
maka hal mi membuka jalan bagi syetan untuk menggodanya. Kenapa hanya dia yang
dapat nikmat itu, kenapa saya tidak padahal secara skill saya lebih berhak, saya
lebih senior dan lebih berpengalaman?
Begitulah syetan memprovokasinya dengan beragam pertanyaan menyesatkan dan
menyesakkan hati. Rasulullah mengingatkan, “.. ada dua hal yang tidak akan
berkumpul/bertemu di hati seorang hamba; iman dan hasad” (HR An Nasaa’l no.
4317-4320).
Artinya, bahwa iman kepada Allah, Yang Memberi Nikmat tidak akan
bisa bertemu dengan hasad selamaIamanya. Karena itu, seorang mukmin sejati tidak
akan pernah hasad.
3. Takabbur
Seperti Iblis yang takabbur dan sombong, dengan mengklaim
bahwa ia lebih baik dan mulia dan Adam dengan dalih bahwa ia diciptakan Allah
dan api sementara Adam diciptakan dan tanah (Lihat QS Shaad:
71-76). Dan
inilah hasad pertama yang terjadi di langit. Sedangkan hasad pertama yang
terjadi di bumi adalah nasadnya Qabil terhadap Habil hingga membunuhnya
sebagaimana diceritakan oleh Al Qur’an,
“Ceriterakanlah kepada mereka kisah
kedua putra 4dam (Habil dan Kabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembahkan kurban, maka diterima dan salah seorang dan mereka berdua
(Habil) dan tidak jika terima dan yang lain (Kabil. Ia berkata (Kabil):
“Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima
(korban) dan orang-orang yang bertakwa” (QS Al Maaidah [5]: 27).
4. Pembedaan perlakuan Seperti ketika orangtua berbeda dan pilih kasih dalam
memperlakukan anak-anaknya. Atau perbedaan perlakuan atasan terhadap bawahannya.
Hal ini telah terjadi pada saudara-saudara Nabi Yusuf as.
Terapi hasad
1.Memohon perlindungan kepada Allah swt seperti perintah
Allah terhadap Rasul-Nya dalam ayat di atas. Kanenanya, surat Al Falaq adalah
termasuk surat yang dapat membentengi seorang mukmin dan hasad, gangguan tenung
dan santet.
2.Takwa dan sabar, sebagaimana firman Allah, “Jika kamu bersabar dan
bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan
kepadamu” (QS Ali Imnan [3]: 120).
3.Taubat. Allah berfirman, “.. dan hendaklah kamu meminta ampun kepada
Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (‘Jika kamu, mengerjakan yang demikian),
niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampal
kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang
yang mempunyal keutamaan (balasan) keutamaanya..” (QS Huud [11]: 3). Demikian
pula yang tercantum pada QS An Nuur [24]: 31.
4.Berbuat baik kepada orang yang hasad, seperti firman Allah, “Dan tidaklah
sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih
baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu
tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyal keberuntungan yang
besan” (QS Fushshilat [41]: 34-35). Lihatjuga QS Al Qashash [28]: 54.
5.Mengobati dengan ruqyah syar’iyah, seperti saat Jibril meruqyah Rasulullah
dalam hadits diriwayatkan oleh Aisyah ra (HR Muslim no. 2185). Terkadang beliau
saw meruqyah dirinya sendini, juga pernah meminta sahabatnya, Jabir RA meruqyah
beliau (lihat hadits-haditsnya dalam Tafsir lbnu Katsir V/276-278).
6.Tawakkal (berserah diri) kepada Allah swt setelah semua ikhtiar dan usaha
dilakukan. “Dan barang siapa yang bentawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (kepenluan) nya. “(QS Ath Thalaaq [65]: 3).