Seringkali dalam keseharian kita mengetahui teman atau saudara yang selalu kekurangan dalam hal materi. Beberapa diantara mereka ada yang bersikap cerdas dalam menyikapinya dengan cara berpikir bagaimana agar hutang-hutang ini bisa terbayar dan kemudian tidak perlu berhutang lagi.
Namun ada juga yang kurang cerdas dalam menyelesaikannya. Sehingga membawa akibat hutangnya terasa berat diselesaikan dan cenderung semakin bertambah. Mengenai hutang agama Islam sudah mewanti-wanti para pemeluknya hendaknya agar selalu berhati-hati. Tidak peduli apakah kita berhutang kepada teman, saudara atau rekan sekantor kita misalnya. Dianjurkan agar selalu waspada dan tidak menjadikannya sebagai kebiasaan.
Sebab kita berhutang atau selalu besar pasak daripada tiang bisa bermacam-macam. Untuk membuatnya sederhana bisa dibagi menjadi 2:
1. Hutang untuk keperluan pribadi
Hutang untuk keperluan pribadi bisa berarti pribadi seorang diri (kalau masih bujangan) atau pribadi keluarga (kalau sudah berkeluarga). Kalau alasan (selalu) berhutang adalah untuk menutupi kebutuhan keluarga, jalan keluar terbaik adalah dengan melakukan penghematan di beberapa pos pengeluaran keluarga.
Misalnya anggaran keperluan makan sudah ditetapkan Rp 25.000/hari. Mungkin jumlah lauk pauk bisa ditekan sedikit sehingga hanya menjadi Rp 17.000 misalnya. Anggaran pulsa yang biasanya Rp 100.000/bulan bisa ditekan menjadi Rp 50.000/bulan.
2. Hutang untuk keperluan usaha
Usaha atau bisnis yang baik adalah bisnis yang mendatangkan keuntungan sehingga sebagian dari keuntungan tersebut bisa kita manfaatkan untuk membantu saudara atau teman kita. Namun apabila bisnis atau usaha mengharuskan untuk berhutang, maka lebih berhati-hatilah berhutang dalam urusan keperluan usaha. Karena biasanya akan ada efek hukuman apabila hutang gagal terbayarkan.
Apabila sudah bertahun-tahun lamanya bisnis kita belum juga mendatangkan untung, maka salah satu cara terbaik adalah dengan mengevaluasi kembali bisnis tersebut. Cari tahu satu persatu apakah ada yang kurang beres dengan cara pemasaran kita, hubungan dengan supplier dan pelanggan, atau sistem pencatatan keuangan. Mintalah masukan kepada karyawan, kawan atau istri tercinta. Dengan berprinsip tidak ada yang tidak bisa diselesaikan, insyaAllah dengan mengevaluasi kembali bisnis yang sedang berjalan diharapkan roda perusahaan akan lancar bergulir.
Yang patut dicermati adalah dengan kita berhutang terhadap seseorang atau kelompok, independensi kita akan terkungkung. Kita tidak bisa bebas bergerak oleh karena 'terikat' dengan hutang itu. Sebab itu sedapat mungkin hindari kebiasaan berhutang dan sedikit-sedikit meminta bantuan orang lain.
Apabila hal ini bisa sedapat mungkin kita hindari maka kebebasan akan kita dapatkan, yang pada gilirannya kejernihan pikiran muncul sehingga kesuksesan bisa kita raih. InsyaAllah.